Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Sayang tapi Nggak Maksa, Gimana tuh Caranya?

Halo, penikmat kata! Kali ini aku mau sharing tentang gimana sih caranya kalo kita sayang sama seseorang, tapi tetep menjaga supaya terhindar dari yang namanya sakit hati? Sudah lebih dari satu bulan, aku resmi menyandang status single pasca putus dengan seseorang yang pernah mati-matian ku perjuangan *eaa. Selama itu pula, aku berusaha mati-matian untuk menguatkan hati dan berbenah diri. Istilah kerennya, move on . Nggak gampang emang. Dari yang awalnya tiap update story di Whatsapp atau Instagram , aku selalu mencari namanya di deretan nama-nama yang lain. Dan, story nya nggak bakal ku hapus sebelum dia ngelihat. Padahal aku tau, sebelum story ku muncul pun sudah di skip duluan. Hahaha. Makin lama aku makin nyadar, kalo aku kayak gitu terus, aku nggak bakal maju-maju. Aku juga akan makin disalahkan banyak orang kalo aku tetep stuck kayak itu. Akhirnya, beberapa hari kemudian, aku bertekad untuk move on . Caranya gimana? Salah satu caranya adalah, d engan menghilangkan c...

(Sesi Curhat) Diputusin Pas Lagi Skripsian

Assalammualaikum, halo penikmat kata! Gimana nih kabar kalian? Sehat kan? Nah, kali ini, aku mau cerita tentang pengalamanku tentang diputusin pas lagi skripsian. Buat yang belum kenal aku, perkenalkan, namaku Aul, aku adalah seorang mahasiswi tingkat akhir di salah satu perguruan tinggi negeri di kota Malang. Sebelum masuk ke inti cerita, aku mau cerita dulu nih gimana awal perkenalanku dengan doi. Jadi, aku kenal doi itu kalo nggak salah sejak aku duduk di bangku perkuliahan semester 4. Waktu itu doi udah semester 6. Kita beda setahun. Nah, waktu itu aku lagi suka sama temennya doi. Sebut aja Mas Senja. Kalo ditanya kenapa alasannya, jawabanku karena dia bisa menyejukkan hatiku. Tiap kali ketemu Mas Senja ini bawaannya hati jadi tenang gitu. Dan ternyata, doi ini kenal sama Mas Senja, dan aku cerita ke doi tentang momen-momen pertemuan menggelikanku dengan Mas Senja. Doi menawarkan diri untuk membantuku supaya aku bisa deket sama Mas Senja. Seneng dong aku huhu. Akhirnya s...

#hbc1906 - Yang Terpendam

Gambar
Pintu kamar berhasil terbuka ketika penghuni depan kamarku bertanya padaku dari dalam kamarnya, "Kamu dari fakultas apa?" Yap, aku kembali menjadi anak kost ketika setahun lebih aku menjadi anak rumahan. Keadaan yang harus membuatku menjadi seorang anak kost lagi. Nanti aku ceritakan di kisah selanjutnya. "Fakultas Peternakan", jawabku yang memilih masuk ke dalam kamar untuk menaruh tas dan melepas kaos kaki. "Nama kamu siapa?", tanya perempuan itu yang kini sedang berdiri di depan pintu kamarku. Aku mengulurkan tanganku, "Vina". Zulfa namanya. Dia daru Fakultas Ilmu Administrasi. Entah jurusan apa, aku lupa nanya. Berperawakan tinggi yang sama seperti aku, rambut berambut gelombang, bentuk wajah bulat, namun dia lebih kurus dibanding aku. Kali pertamanya aku mendapatkan teman baru, di kosan baru. *** Kemarin. "Vin, kamu ga minat nonton film horor?", tanya Zahra. "Hah? Horor? Emang ada film horor yang bagus?...

#hbc1905 - Senja dan Fajar

Gambar
Di sudut pantai yang cerah itu, dua makhluk insan sedang duduk bersantai sembari menikmati ombak yang sesekali menyapu kaki mereka. "Kamu kenapa bawa aku ke sini?", tanya Aurel, seorang perempuan berumur 17 tahun, berambut panjang, berperawakan pendek namun berisi, dan berkulit putih. "Pertama, dari pada kita gabut di acara class meeting sekolah, mendingan kita cabut aja dong. Kedua, aku mau ngenalin ke kamu, bahwa ada pantai di kota kelahiran aku. Ketiga, selama 2 tahun kita pacaran kan aku nggak pernah bawa kamu ke luar kota gini", jawab Farel dengan senyuman nakalnya. Farel. Laki-laki berumur 17 tahun, tinggi 175 cm, badan berisi, dan berkulit sawo matang ini telah melewati masa-masa suramnya selama 2 tahun dengan Aurel, gadis yang ia temui di sekolah. "Semoga kamu nggak menyesal karena sudah jauh-jauh ke sini, ya", lanjutnya. "So far, nggak ada pikiran untuk menyesal sih. Yaa walaupun banyak sampah berserakan di sini", Aurel melempa...

#hbc1904 - Euforia Rasa

Gambar
"Aku nggak punya apa-apa lagi selain foto kita, Mas". Entah sudah berapa kali aku mengucapkan kalimat itu. Kalimat yang menurutku 65%nya sebuah sindiran dan 35%nya sebuah kode. *** Long Distance Relationship, sebuah sebutan untuk sepasang kekasih yang menjalani hubungan jarak jauh. Semua orang tahu itu, tapi tidak semua orang mau menjalani hubungan yang seperti itu. "Kalau kamu nanya kenapa aku mau LDR an sama kamu, jawabannya hanya satu: aku mencoba bangkit dari kegagalanku yang sebelumnya", kataku pada Mas Ryan--Pacarku. *** Pertengahan 2015 yang lalu, aku disibukkan dengan kegiatan kuliahku di Kampus. Mulai dari harus mempersiapkan tugas-tugas ospek, awal masuk kuliah yang sudah diberi tugas oleh Bapak atau Ibu dosen, hari Minggu yang tidak pernah libur karena diisi kegiatan rohani, sampai lembur mengerjakan laporan praktikum. Begitupun Rizky, mantanku yang di Bandung. Dia sudah memulai perkuliahannya 2 minggu sebelum aku ospek. Aku masih ingat sa...

#hbc1903 - Sesaat yang Abadi (2)

Ibu sedang duduk di ruang tamu ketika aku datang bersama Mas Ryan. "Bu, kenalkan, ini Mas Ryan. Orang yang aku ceritakan kemarin", kataku sedikit takut. Ibu tersenyum dan menyalami Mas Ryan, begitupun Mas Ryan yang membalas senyuman Ibu. Selanjutnya, aku menyalami orang-orang yang sedang berada di rumah--Mas Yoga, Mbak Sita, Umi, dan Abah. Begitupun Mas Ryan. Ibupun mempersilahkan Mas Ryan untuk duduk di kursi tamu. Sedangkan aku langsung menuju dapur untuk menyiapkan teh hangat untuk Mas Ryan. "Itu pacar kamu, nduk?", tanya Ibu, terdengar halus sekali suaranya. Aku hanya tersenyum, tanda mengiyakan pertanyaannya. Aku membawa dua cangkir teh hangat--satu untukku, dan satunya lagi untuk Mas Ryan. Ibu yang sedang menggendong Qilla--anak pertama Mas Yoga mengikutiku dari belakang, dan duduk di sampingku. "Mas Ryan ini orang mana?", tanya Ibu. "Bandung, Bu", jawabnya. "Temannya Vina?" "Iya, Bu, tapi beda angkatan....

#hbc1903 - Sesaat yang Abadi (1)

Gambar
Di sudut ruangan itu, aku terdiam sembari menikmati dinginnya malam. Sudah sejak siang tadi, Malang diguyur hujan. Berselimut kerinduan yang tak tahu kapan akan terobati, aku mengingat kembali apa yang sudah terjadi satu bulan yang lalu. 16 Desember 2018. *** "Vin, bangun, sholat subuh" Pagi itu, April membangunkanku tepat pukul 04.30 WIB untuk melaksanakan sholat subuh. Sudah dua hari ini aku menginap di tempatnya. Melarikan diri dari kenyataan, berlindung dari harapan yang menyakitkan. Aku menginap sehari sebelum Mas Ryan--pacarku wisuda. Untungnya aku mempunyai teman sebaik April--teman SMAku yang bersedia menampungku kapanpun. Aku dan April berteman sejak kelas 1 SMA, dan kebetulan sekarang kami berada di perguruan tinggi yang sama. "Duluan aja, Pril", kataku setengah sadar. Tubuhku masih lemas, mengingat insiden semalam yang membuat seluruh isi makanan dalam perutku terpaksa dikeluarkan. Aku keracunan seafood. Sembari menunggu April selesai mela...

30hcb1902 - Kotak Pengakuan

Siang ini, cuaca di Kota Malang sangat terik. Aku melajukan sepeda motorku menuju sebuah bangunan. Bangunan itu tetap tegak berdiri meskipun dimakan waktu. Ya, bangunan itu adalah Kampusku. *** (handphone bergetar) "Vin, kamu dimana?", tanya seseorang di seberang sana. "Di Perpus nih, sebentar lagi jalan ke sana. Kamu tunggu di sofa lantai 1 aja", jawabku agak tergesa. "oke" (telpon terputus) *** Sudah jam satu siang, tetapi belum ada satu progresspun yang berjalan. Padahal, rencananya hari ini aku punya 3 agenda; mengurus surat izin penelitian, menemui dosen pembimbing PKL, dan membantu teman yang sedang melakukan penelitian pendahuluan. Namun belum ada satupun yang ku lakukan sampai saat ini. Aku berjalan menyusuri lobby kampus, berharap menemukan orang yang menghubungiku beberapa menit yang lalu. Tak lama kemudian, aku menemukannya. Seseorang itu duduk di sofa ditengah keramaian, sedang berdiskusi dengan seorang temannya. Sofa berwar...

30hcb1901 - Hujan dan Rindu

Kala itu Kota Malang sedang diguyur hujan. Ah, hujan selalu pandai membawaku kepada suatu kerinduan. Kerinduan yang tak tersampaikan. *** Sudah dua hari ini, komunikasi kita terbatas. Entah karena kamu yang sibuk, atau aku yang melarikan diri. Belum siap untuk menerima ekspetasi yang selalu tidak berbanding lurus dengan realita. Percakapan kita akhir-akhir ini dapat dilihat dengan layar full 6 inch, tanpa perlu scroll up. Dan selama dua hari itu pula, perasaanku menjadi gundah gulana. Tolong jangan tanyakan mengapa, karena aku sendiri tidak tahu jawabannya. "Gimana, Vin, sama Mas-nya?", tanya Dina, membuyarkan lamunanku. Alhamdulillah, baik. Cuma, akhir-akhir ini.. Entahlah. "Makan dulu, yuk. Aku laper", sahut Dony, temanku yang gembul. *** Makan ditengah rintik hujan gini, mengingatkan sesuatu padamu, Mas. Kita pernah berjalan menembus hujan, hanya demi sepiring seafood. Kamu ingat? "Don, aku mau incip sambalnya, dong", pinta Dina. Mer...