30hcb1901 - Hujan dan Rindu

Kala itu Kota Malang sedang diguyur hujan. Ah, hujan selalu pandai membawaku kepada suatu kerinduan. Kerinduan yang tak tersampaikan.


***
Sudah dua hari ini, komunikasi kita terbatas. Entah karena kamu yang sibuk, atau aku yang melarikan diri. Belum siap untuk menerima ekspetasi yang selalu tidak berbanding lurus dengan realita.

Percakapan kita akhir-akhir ini dapat dilihat dengan layar full 6 inch, tanpa perlu scroll up.

Dan selama dua hari itu pula, perasaanku menjadi gundah gulana. Tolong jangan tanyakan mengapa, karena aku sendiri tidak tahu jawabannya.

"Gimana, Vin, sama Mas-nya?", tanya Dina, membuyarkan lamunanku.

Alhamdulillah, baik. Cuma, akhir-akhir ini.. Entahlah.

"Makan dulu, yuk. Aku laper", sahut Dony, temanku yang gembul.


***
Makan ditengah rintik hujan gini, mengingatkan sesuatu padamu, Mas. Kita pernah berjalan menembus hujan, hanya demi sepiring seafood. Kamu ingat?

"Don, aku mau incip sambalnya, dong", pinta Dina. Mereka memesan makanan dengan sambal yang berbeda. Dina dan aku memesan sambal tomat, sementara Dony memesan sambal bawang.

"Yaudah ambil"

Aku hanya terkekeh melihat tingkah laku kedua temanku itu. Sesekali mengecek layar ponsel, barangkali ada pesan masuk.

"Vin", bisik Dony seraya mendekatkan kepalanya padaku, memberikan suatu isyarat untuk melihat arah jarum jam 9.

Aku hanya melirik sekilas, merasa malas.

"Ciye, dibela-belain kesini lho, Vin!", serunya.

Aku melotot.

Iya, itu Varian. Mantanku. Dia juga makan disini. Berdua dengan temannya; laki-laki. Untungnya, mereka tidak bergabung satu meja denganku.

Mendadak makanan yang ku pesan menjadi hambar. Tidak seperti suapan pertama.

"Mengejar cinta Vina! Hahaha", mereka berdua tertawa.

Terkutuk kau, Vin.


***
Semester tua di tahun terakhir kuliah. Ah, waktu cepat sekali berlalu. Rasanya baru kemarin aku menjadi mahasiswa baru. Tanpa bedak dan gincu. Hanya bermodal parfum murah yang wanginya hanya bertahan satu jam.

"Vin, yakin kuat LDR?" celetuk Dony.

Bangsyat, batinku.

"Kuat dong", jawabku mantab.

"In shaa Allah, Vin", Dina membenarkan.

Akhirnya ku perbaiki jawabanku, "In shaa Allah kuat".

Kembali mendapati wajahku yang muram, Dony dan Dina mencoba menghiburku. Meskipun aku juga yang menjadi korbannya. Aku dibully, bersamaan dengan keberadaan si mantan di tempat itu.

Ya sudah, nggak papa. Toh aku juga masih bisa tertawa lepas disaat itu.

Satu jam berlalu. Kami bertiga masih bertahan disana dengan obrolan receh. Beberapa menit kemudian, dua orang itu--si mantan dengan temannya, pulang.

Akhirnya aku bisa bernafas lega.

"Aku pulang dulu ya", pamitnya, sembari mencolekku.

Anjir, apaan sih. Hih. Aku risih. Sementara kedua orang temanku itu tertawa, terutama si Dony, dia terlihat bahagia; ditengah penderitaanku.


***
Akhirnya, hujanpun berhenti. Kami memutuskan untuk pulang agar segera dapat beristirahat di tempat masing-masing. Sebelum itu, Dina mengantarku kembali ke Kampus untuk mengambil motor.

Sesampainya di Kampus,
"Kamu kenapa, Vin? Ada masalah sama dia?"

"Nggak ada kok. Kita berdua baik-baik aja. Tapi mungkin, hatiku yang lagi nggak baik", jawabku manyun.

"Aku ngerti apa yang kamu rasain kok, Vin. Aku pernah ada di posisi sepertimu. Kamu nggak boleh gitu, Vin. Kamu yang harusnya mengerti dia. Dia kan sedang dalam peralihan dari masa kuliah ke masa bekerja. Butuh waktu untuk beradaptasi", tuturnya.

"Tapi aku kangen", kepalaku menunduk.

"Iya, aku tau. Emang begitu kalau pacaran sama orang yang sudah bekerja, Vin".

Aku terdiam dengan bibir manyun, berusaha tetap berpikir positif.

"Kamu tau ceritanya si Fani kan, Vin? Fani yang sudah pacaran bertahun-tahun, dan akhirnya, setelah pacarnya mendapatkan pekerjaan, si Fani malah ditinggal gitu aja to? Belajarlah dari kisah mereka", lanjutnya.

Aku nggak masalah kalau emang pada akhirnya nanti, kita emang harus berpisah. Aku nggak masalah, kalau di tengah jalan nanti, dia selingkuh dengan teman kantornya--misal. Bukankah manusia sering melakukan kesalahan dan itu adalah hal yang wajar?


***
Dan sampai saat ini, aku masih mempelajari semua tentang kamu.

Mas, to be honest, aku emang seorang perempuan yang mudah cemburu, tapi itu bisa diatasi dengan cara kamu memperkenalkan aku ke dalam cyrcle pertemananmu. Aku memang seorang perempuan yang mudah khawatir, tapi itu bisa diatasi dengan cara kamu memberikan sebuah kabar. Aku memang perempuan yang mempunyai banyak kelemahan, maka lengkapi aku dengan kelebihan yang kamu punya.

Mas, aku kangen. Tapi aku merasa nggak punya kekuatan untuk mengatakan itu. Aku terlalu takut. Takut untuk mengganggu waktumu. Takut membuatmu tidak nyaman.

Dan sampai saat ini, aku masih belajar. Belajar memahami karaktermu, mengenalmu lebih dalam lagi. Meskipun dalam kondisi komunikasi yang terbatas. Maka sesekali, bantulah aku untuk mempermudah proses pembelajaranku itu. Jadilah layaknya seorang guru yang sedang mengajari muridnya.


***
Mas, jika suatu saat nanti kamu membaca tulisan ini, dalam kondisi komunikasi kita yang sangat-amat-terbatas, ketahuilah, komunikasi itu menjadi terbatas bukan karena aku yang menginginkannya.

Mungkin itu adalah salah satu bentuk ketakutanku untuk mengatakan bahwa sebenarnya aku rindu, dan lebih memilih untuk melarikan diri. Berharap setelah itu, aku dapat kembali tanpa membawa rasa rindu, dan bertingkah seolah-olah semuanya baik-baik saja.

Tenang, Mas, aku kuat kok. Aku nggak akan macem-macem disini. Aku juga masih setia menunggu kabarmu. Aku usahakan dapat menyelesaikan tanggungan semester ini pada Bulan April, sesuai dengan perjanjian kita. Kamu masih ingat, kan? Ehe.

Kamu boleh sibuk, tapi jangan lupakan sholatmu. Jangan lupa baca Al-Kahfi setiap hari Jum'at. Kalau di suatu malam kamu nggak bisa tidur, tapi kamu nggak mau komunikasi sama aku, kamu baca Surat Al-Mulk, ya. Keutamaan surat itu sudah pernah aku sampaikan ke kamu. Googling aja kalau kamu lupa. Ehe.




Sidoarjo, 13 Januari 2019.
00.08 WIB
dari aku, yang sudah mendapatkan judul skripsi.
#30haribercerita
#30hbc1901

Komentar

Postingan populer dari blog ini

#hbc1904 - Euforia Rasa

#hbc1903 - Sesaat yang Abadi (1)

Sayang tapi Nggak Maksa, Gimana tuh Caranya?