Teruntuk Lelaki Ku - Chapter 2: Semesta tak Mengizinkan

A ku terbangun di tengah tidurku, mencoba memastikan jarum jam dinding yang berada tepat di depanku. “Duh, itu jam berapa sih? Jam dua atau tiga ya?” gumamku. Rabun mata ini sangat membatasi penglihatanku. Oh, masih jam 3 pagi rupanya. “Cek hp dulu ah, siapa tau sudah ada kabar”. Akupun menekan tombol layar kunci yang ada disebelah kanan handphoneku, tidak sampai 1 detik layar tersebut sudah menyala dan menyuguhkan beberapa notifikasi yang masuk. Dari sekian banyaknya notifikasi dan pesan yang masuk, tidak ada satupun yang menandakan keberadaan dirimu. Ya, sampai jam 3 pagi-pun kau masih tidak ada kabar. “Satu setengah jam lagi kamu berangkat ke Stasiun Gubeng Surabaya, lalu dilanjutkan dengan keberangkatan ke Stasiun Kiaracondong Bandung. Kok masih belum ada kabar?” Lagi-lagi, akal sehatku mencoba untuk berargumen dengan egoku. 1. "Mungkin dia masih dalam perjalanan ke Malang." Aku kira, seorang pendaki pasti memiliki manajemen waktu yang baik. Sangat ...